Salah satu permasalahan di Indonesia yang sering dikeluhkan adalah bahan pangan yang masih diimpor. Padahal Indonesia kaya akan sumber daya alam.

Masalah tersebut terjadi bukan karena miskin sumber daya manusia. Melainkan minat masyarakat di sektor pertanian kini sedang menurun.

Sulit mendapatkan tenaga kerja di sektor pertanian. Generasi muda pada umumnya kurang tertarik pada sektor pertanian.

Sehingga ilmu-ilmu bercocok tanam dari para pendahulu tidak dapat diturunkan. Hal tersebut juga memicu terjadinya kekurangan bahan pangan dalam Negeri.

Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan, Negara terpaksa harus melakukan impor bahan pangan. Padahal di negeri sendiri sumber daya alamnya melimpah. Hanya saja generasi muda kurang berminat mengelolanya.

Kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian, mengakibatkan sulit mendapatkan tenaga kerja.

Sedangkan jumlah petani yang ada tidak banyak. Sehingga timbul masalah di sektor pertanian, yakni kurangnya tenaga kerja. Hal itu mengundang rasa simpati para mahasiswa dari Universitas Padjadjaran.

Pipit Pitriani (Jurusan Agrobisnis 2015), Fajar Budi Cahyanto (Jurusan Fisika 2015), dan Khairunisa Ainun (Jurusan Agroteknologi 2014), menemukan sebuah gagasan untuk menangani permasalahan tersebut.

Ketiga mahasiswa tersebut memperkenalkan alat multifungsi untuk pertanian. Alat tersebut bisa dipakai untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Mereka menyebut alat tersebut dengan sebutan Kita Nougaku.

Nama Kita Nougaku sekilas terdengar seperti Bahasa Jepang. Karena nama tersebut memang diambil dari kata-kata Bahasa Jepang.

Ki diambil dari kata Kikai yang memiliki arti alat. Ta diambil dari kata Ta Kino yang memiliki arti multifungsi.

Sehingga jika digabungka artinya menjadi alat multifungsi. Sedangkan Nougaku memiliki arti pertanian.

Jadi, ketika digabungkan Kita Nougaku memiliki arti alat multifungi pertanian. Alat Kita Nougaku yang dibuat oleh ketiga mahasiswa tersebut memiliki dua bagian.

Bagian tersebut adalah mobil tanam-panen dan paper chain pot. Sesuai namanya, mobil tanam-panen berfungsi untuk memudahkan petani untuk proses menanam dan memanen. Dengan alat ini, petani bisa menanam dan memanen dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya.

Meskipun tenaga kerjanya tidak terlalu banyak. Karena prosesnya dilakukan dengan alat. Bukan dilakukan secara manual yang menghabiskan banyak tenaga.

Dengan Kita Nougaku, tenaga yang dikeluarkan tidak banyak, dengan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan menanam dan memanen secara manual.

Sedangkan paper chain pot memiliki fungsi untuk memudahkan petani untuk memberikan pupuk pada tanaman.

Setelah menanam, tentunya para petani perlu memberikan tanaman pupuk. Agar tanamannya tumbuh dengan sehat.

Selain tanam-panen, Kita Nougaku juga memiliki bagian alat untuk mngerjakan bagian pemberian pupuk.

Dengan Kita Nougaku tentunya tenaga yang diperlukan tidak sebanyak ketika memberikan pupuk secara manual. Pupuk yang diberikan berbentuk seperti lembaran kertas.

Terdiri dari tiga lapis lembar. Dimana setiap lembarnya akan terurai selama proses penanaman yaitu 45 hari.

Alat Kita Nougaku dibuat untuk tanaman holtikultura. Sehingga sangat cocok diterapkan di Indonesia. Karena Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi tanaman holtikultura yang besar.

Banyak pihak yang mendukung temuan cerdas yang bermanfaat ini. Ketika membuat Kita Nougaku, ketiga mahasiswa tersebut mendapatkan dukungan finansial dari Kemenristekdikti, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Balai Besar Pulp dan Kertas, serta Bank BJB. Ketiga mahasiwa tersebut mengikutkan Kita Nougaku dalam Pimnas pada bulan Agustus 2018 nanti.

Melalui Pimnas tersebut, mereka mengharapkan Kita Nougaku akan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Khususnya bagi para petani di Indonesia. Sehingga Kita Nougaku bisa dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan oleh petani.

Bagi kalian yang ingin update seputar berita terkini dan informasi menarik lainnya, silahkan kunjungi terus Matadjurnal.com.